Berita

Berita dan Informasi Kepesantrenan

(0 votes)

NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI PENUTUP PARA NABI DAN HUBUNGAN DAKWAH ANTARA NABI-NABI TERDAHULU Featured

Nabi Muhammad SAW adalah merupakan nabi penutup diantara para nabi-nabi, tidak ada lagi setelahnya, hal itu diimani muslim berdasarkan tuntutan agama yang sulit untuk terbantahkan. Rasulullah SAW bersabda : “permisalan antara aku dan nabi-nabi yang datang sebelum diriku adalah bagaikan seorang laki-laki yang membangun sebuah bangunan, lalu menghiasnya dan memperindahnya kecuali (ia tinggalkan) sebuah lobang satu batu bata di salah satu sudutnya, lalu orang-orang melihat sekelilingnya dan merasa takjub sampai-sampai (melihat lubang itu) mereka berkata, ‘kenapa tidak ditutupi sebuah lobang ini dengan satu batu bata?’ maka , aku adalah batu bata terakhir itu dan aku adalah nabi terakhir”.

            Adapun hubungan dakwah nabi Muhammad SAW dengan nabi-nabi terdahulu ialah dibangun atas dasar sebagai penguat dan penyempurna dakwah para nabi sebelumnya. Oleh karena itu, semua para nabi selalu dibangun atas dasar dua pondasi utama, yaitu : (1) akidah , (2) syariat dan akhlak. Dari segi akidah, semua ajaran yang dibawa oleh para nabi, mulai dari nabi Adam as sampai nabi Muhammad SAW adalah sama, tidak ada bedanya antara nabi satu dengan yang lainnya, semuanya mengajarkan keimanan terhadap keesaan Allah, yaitu dengan membersihkan dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan mengimani adanya hari kiamat serta adanya surga dan neraka. Maka dari sini semua para nabi menyerukan kepada kaum nya masing-masing atas dasar iman kepada Allah, dan semua para nabi setelahnya saling membenarkan ajaran yang telah dibawa oleh para nabi sebelumnya.

            Adapun dari segi syariat yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat dan individu terdapat perbedaan dalam metode dan kuantitasnya antara satu nabi dengan yang lain. Hal itu disebabkan, karena syariat termasuk dalam ranah pelaksanaan, bukan sebuah pengabaran seperti akidah. Dan juga perkembangan zaman dan perbedaan bangsa yang satu dengan yang lainnya turut mempengaruhi syariat mereka satu sama lain. Karena sejatinya diutusnya suatu nabi itu adalah khusus untuk umatnya pada waktu itu, bukan umum untuk semua manusia. Maka dari situlah, sebuah hukum syariat terbatas dalam ruang lingkup yang sempit sesuai dengan umatnya pada waktu itu secara khusus.

            Contoh diutusnya nabi musa as kepada bani isroil sesuai dengan keadaan bani isroil pada waktu itu syariat yang dibawanya terbilang keras, Sebagian besar didirikan atas dasar prinsip ketegasan dan kuat, bukan keringanan sebab pada saat itu keadaan bani isroil menuntut ditegakkannya syariat yang keras seperti itu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, diutuslah nabi isa as dimana syariat yang dibawa lebih mudah dan lebih ringan dibandingkan syariat yang dibawa oleh nabi musa as.

            Dari sini kita telah kita telah mengetahui bahwa semua rosul mencakup akidah dan syariat, berkenaan dengan akidah, tidak lain dan tidak bukan semua sama dan tidak ada perbedaan hanya untuk penguat antara nabi satu dengan yang lain, Adapun berkenaan dengan syariat, apa yang dibawa rosul setelahnya bisa jadi penghapus bagi syariat yang dibawa nabi sebelumnya, dan bisa jadi juga melanjutkan syariat yang terdahulu, hal ini sejalan dengan pernyataan mereka yg berkata : “syariat orang-orang sebelum kita adalah syariat kita juga jika tidak ada ketentuan yang berbeda”. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada agama yang berbeda-beda, tetapi syariatlah yang berbeda-beda, hukum yang datang setelahnya menghapus hukum sebelumnya, dan semua telah tercapai syariat yang sempurna dan terakhir ialah penutup para nabi yaitu nabi Muhammad SAW.

Read 15686 times Last modified on Friday, 16 February 2024 11:03

Cari

Pengunjung

14728379
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
27893
14659983
171620
14728379

Your IP: 18.97.9.172
2025-01-15 19:54

Instagram