Pulih lebih cepat yang memberikan makna bahwa seorang Santri harus segera pulih lebih cepat dari segala macam bentuk penyakit hati yang melanda kehidupan sehari-harinya. Mulai dari rasa malas ketika belajar dan mengaji, rasa iri hati atau dengki terhadap temannya sendiri, sombong ketika memiliki pencapaian yang lebih tinggi dari pada teman yang lainnya. Dan juga, berbagai macam penyakit hati lainnya yang melanda bagi seorang santri.
Adapun makna dari Bangkit lebih kuat yaitu bahwa seorang santri harus dapat bangkit dari peperangan melawan hawa nafsu yang sedang dihadapi, melalui nafsu inilah yang biasanya menjadikan seorang santri kurang produktif dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, karena hawa nafsu inilah yang menjadi musuh terbesar bagi seorang santri. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh baginda Nabi kita Muhammad saw bahwa peperangan terbesar adalah peperangan melawan hawa nafsu.
Namun, filosof kemerdekaan yang bertemakan "Pulih lebih cepat, Bangkit lebih kuat" bukan hanya hawa nafsu saja melainkan banyak hal yang menjadi tingkat kemerdekaan seorang santri. Salah satunya dapat kita pahami bahwa kemerdekaan identik dengan "fitrah" yang merupakan kodrat dan asal kita sebagai manusia sebelum diubah, dicemari, dan dirusak oleh kehidupan yang seiring zaman berubah. Salah satu Sabda Rasul SAW:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
“Setiap orang terlahir sebagai mahluk dan hamba Allah yang suci bersih …(HR. al-Baihaqi dan ath-Thabarani)”.
Setiap orang yang terlahir di dunia dalam keadan suci dari noda kufur, syirik dan sebagainya. Namun, hukum alam tidak sesuai dengan kodrat kita diciptakan oleh Allah SWT. Tema kemerdekaan Indonesia "Pulih lebih cepat, Bangkit lebih kuat" menjadi salah satu alarm bagi kami seorang santri untuk meluruskan apa yang seharusnya menjadi kodrat kita diciptakan. Karena, tanggung jawab kami bagi seorang santri bukanlah hanya internal diri kita melainkan eksternal atau lingkungan masyarakat sekitar. Salah satunya kisah pondok pesantren Tebuireng. KH Hasyim Asyari yang menjadi pendiri pondok pesantren tersebut. Awal mulanya ketika, tentara sekutu ingin menguasai Kota Surabaya, KH Hasyim Asyari bersama para mu’alim lainnya dengan keyakinan serta tekad yang kuat mereka mengumandangkan Resolusi Jihad melawan Belanda pada 22 Oktober 1945. Santri juga, pada saat itu ikut serta dalam mewujudkan Resolusi Jihad tersebut.
Oleh sebab itu, kita sebagai santri ataupun pelajar merupakan tonggak kemerdekaan Indonesia yang paling utama. Seperti halnya dalam kutipan salah satu pahlawan kita “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Sekian dari artikel filosofi kemerdekaan bagi kami seorang santri dalam mengenang sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang penting dalam mewujudkan agama, bangsa dan negara yang makmur dan damai.