Berita

Berita dan Informasi Kepesantrenan

Displaying items by tag: asshiddiqiyah

Beberapa waktu lalu Kementerian Agama melalui Badan Litbang dan Diklat (Penelitian Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan) merilis sebuah buku yang sangat langka dan eksklusif bertajuk 100 Pesantren Ekonomi yang dirilis tahun ini bedasarkan hasil penelitian komprehensif yang dilakukan Balitbang Kemenag dengan terlebih dahulu menyaring 11.000 pesantren se-Indonesia kemudian menjadi 5000-an pesantren yang menyiapkan data hingga akhirnya terpilih 100 pesantren dengan ekonomi mandiri yang ditampilkan dalam buku hasil penelitian tersebut.
Buku yang diberikan pengantar oleh Menteri Agama ini (Gus Yaqut Cholil Q), menjelaskan tentang pemetaan pesantren dari sisi ekonomi terutama kemandirian ekonomi pesantren dalam membantu roda gerak kebutuhan sehari-hari pesantren yang dipetakan sedemikan rupa dengan metodologi penelitian yang lengkap, berkelanjutan dan komprehensif sehingga didapati data sekian banyak pesantren yang ternyata sudah mampu dan mandiri secara ekonomi bahkan bisa menjadi motor kehidupan ekonomi baik buat sivitas pesantren termasuk untuk masyarakat sekitar pesantren.
Selain Asshiddiqiyah 2 Tangerang yang terpilih dari sisi koperasi (SQ Mart) sebagai program ekonomi dan usaha pesantren unggulan, home industry (pabrik tempe), pertokoan, isi ulang air mineral, klinik dan badan usaha pesantren lainnya, ada 100 pesantren yang tersebar di seluruh Nusantara yang dipotret dan di data spesial dari kiprah ekonominya. Mulai dari usaha pupuk, budidaya udang, kopi, biogas, perkebunan, pertanian, roti, perikanan, wisata, agribisnis dan usaha lainnya. Ada 30 pesantren di Sumatera, 54 di Jawa, 7 di Kalimantan, 3 di Bali dan Nusa Tenggara serta 6 di Sulawesi. Itu baru yang ter-output dalam buku belum belasan ribu pesantren lainnya yang mendatakan diri dan puluhan ribu pesantren lainnya yang ada di Indonesia.
Penelitian dan buku ini sungguh membuka mata kita bersama bahwa pesantren yang dinilai –sebagian orang– tempat yang kumuh dan terbelakang ternyata bisa mandiri secara ekonomi bahkan mampu menghidupi orang-orang yang berada di sekitar pesantren lewat gerakan ekonominya yang sudah bergerak di level tinggi bahkan bisa ratusan juta hingga miliaran. Asshiddiqiyah sendiri (1-12) sudah banyak berurusan dengan kemandirian ekonomi mulai dari perikanan, industri, perkebunan, pertanian, koperasi dan pertokoan. Asshiddiqiyah 2, hadir SQ Mart yang bisa menjadi ‘tulang punggung’ santri dalam mencukupi kebutuhannya. Semua kebutuhan santri mulai dari yang paling dasar seperti kitab, air dan makanan hingga kebutuhan seperti perlengkapan makan, mandi, sekolah dan semuanya tersedia semata-mata agar santri tidak peru repot dan jauh mencukupi kebutuhannya serta memutar dan meningkatkan ekonomi pesantren. Belum lagi usaha lainnya seperti pertokoan, air, tempe, laundry dan lainnya yang juga dapat membantu pergerakan ekonomi pesantren.
Ke depan seluruh pesantren di Indonesia memang sudah waktunya untuk mandiri secara ekonomi dan dapat menghidupi dirinya sendiri. Banyaknya jumlah santri dan keluarga pesantren bisa jadi modal yang luar biasa untuk bisa memulai usaha apa saja yang dikembangkan dan di pesantren. Artinya pesantren tidak akan pusing minimal dari sisi peluang pasar sebab kebutuhan santri terhadap apapun itu bisa menjadi pintu masuknya.

Published in Berita Pesantren

Cari

Pengunjung

13265518
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
2860
13215002
140980
13265518

Your IP: 3.144.244.44
2024-05-01 18:15

Instagram