Berita

Berita dan Informasi Kepesantrenan

(2 votes)

Misteri Rizki Allah Ta'ala: Empat Jenis Rizki Menurut Imam Ghazali Featured

January 20, 2022

Dalam sebuah kitab klasik dijelaskan ada seorang ulama besar, alim, juga kaya dengan berbagai kepemilikan yang dimilikinya. Suatu ketika ulama tersebut bermenung ketika membaca ayat:

 

۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Artinya: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)."

Setelah merenung lama, ulama tersebut memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Keputusannya semata-mata untuk menguji jaminan Allah terhadap rizki makhluknya yang dijanjikan dalam ayat tersebut. Gunung, lembah, hutan, dan pematang dilalui. Tatkala sampai di tengah hutan nan jauh dari perkampungan hujan badai pun terjadi, Beliau memutuskan untuk mencari tempat berteduh. Goa adalah pilihan terbaik, akan tetapi dalam gua masih terasa dingin akibat badai. Celah goa menuju goa bagian dalampun dilaluinya hingga bertemu tempat untuk beristirahat dan menghangatkan badan.

Dalam hatinya Beliau bergumam, pastilah rizki Allah sulit untuk me nebus dinding goa yang jauh dari jangkauan manusia ini. Berhari-hari dilaksanan 'pertapaan' menguji jaminan Allah Tersebut. Dari luar sekelompok pedagang masuk ke dalam goa mencari perlindungan di cuaca yang tidak menentu. Dingin yang menusuk membuat kafilah dagang itu masuk ke dalam celah goa yang paling dalam hingga mendapati seorang yang sedang bertapa tadi.

Kafilah dagang itu kemudian makan bersama, pagi, siang hingga menjelang sore. Seraya terus menawarkan makanan kepada petapa tadi. Jangankan menyambut dan makan, salam sejak awalpun tak dijawab. Rupanya dalam hati Sang Ulama tersebut hatinya mulai ketar-ketir, bahwa rizki sudah begitu dekat walaupun Ia bersembunyi di tempat yang begitu jauh.

Berkali-kali panggilan dan ajakkan tidak diindahkannya. Sang Ulama masih teguh dengan pendiriannya bahwa jika memang itu rizkinya, rizki itu sendiri yang akan datang ke mulutnya tanpa Ia berikhtiar sedikitpun. Di sisi lain, sebab kesal kafilah dagang itupun akhirnya menghampiri Sang Petapa atau ulama tadi. Diambillah oleh mereka segelas susu dan beberapa potong roti. Didekatilah Petapa tadi sambil membawa kayu untuk membuka mulutnya yang erat sekali tertutup. Begitu terbuka dan masuk beberapa makanan ke dalam mulut, tiba-tiba saja menetes air mata Petapa tersebut, dibeberapa riwayat tertawa terbahak-bahak. Sambil berkata, "Cukup-cukup, saya hanya sedang menguji jaminan rizki Allah, dan terbukti semua itu, di tempat yang seterpencil ini, Allah masih datangkan rizki kepada saya bahkan sampai masuk ke tenggorokan saya." Kelompok dagang tadi hanya diam membisu mendengarkan cerita Petapa tadi tentu setengah bingung juga.

Demikianlah Gusti Allah mengatur dan menjamin rizki hambanya bahkan terkadang sampai tidak disangka jalan datangnya. Jelasnya, tidak dibiarkan kita berpisah dengan rizki yang sudah dijamin oleh Allah, At-Talaq ayat 2-3 yang berbunyi:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣)

 

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya Rizki dari arah yang tidak dia duga. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Dia mencukupinya. Sesungguhnya Allah akan mencapai urusanNya, sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi tiap-tiap sesuatu ketentuan.”

Nabi Musa pernah diajarkan oleh Allah bahwa terkadang ada orang alim, ahli ibadah dan kelebihan lainnya namun urusan rizki begitu sempit dan sulit. Sementara ada seorang yang ahli berbuat maksiat, bodoh dan berperilaku tidak baik akan tetapi rizkinya begitu banyak dan luas. Dawuhnya Gusti Allah, adalah sebab rizki kuasa-Nya, bukan kuasa dan hitungan manusia.

Imam Ghazali membagi rizki menjadi empat maqom dan jenis, yakni rezeki yang dijamin (Madhmun), rezeki yang dibagikan (Maqsum), rezeki yang dimiliki (Mamluk) dan rezeki yang dijanjikan oleh Allah Ta'ala (Mau'ud). Rezeki yang dijamin mengarah kepada makanan dan segala apa yang menopang atau menguatkan tubuh dan jiwa kita. Jenis rizki itu tidak terkait dengan sumber-sumber lainnya di dunia. Jaminan terhadap rezeki jenis ini datang dari Allah Ta’ala secara langsung sebab namanya saja adalah rizki yang dijamin. Maka, bertawakal terhadap rezeki jenis ini wajib berdasarkan dalil aqli dan naqli. Sebab, Allah telah membebankan kita untuk ibadah kepada-Nya dan menaati-Nya dengan tubuh dan anggota badan kita. Dia pasti telah menjamin apa-apa yang menjadi sumber energi bagi seluruh organ dan sel-sel tubuh kita agar kita dapat melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya.

Rezeki (Maqsum) yang dibagi adalah apa yang telah dibagikan oleh Allah dan telah tertulis di Lauhul Mahfuzh secara komprehensif. Masing-masing dibagikan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan, tidak lebih dan tidak kurang, tidak maju dan tidak mundur dari apa yang tertulis itu. Itulah yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala dan dibagi sesuai kehendak dan Kuasa-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Rizki itu telah dibagikan dan kemudian telah diberikan semuanya. Tidaklah ketakwaan seseorang dapat menambahkannya dan tidak pula kejahatan orang yang berlaku jahat dapat menguranginya.” Maka dalam konteks itu Rizki yang disindir Baginda Nabi adalah Rizki yang Maqsum atau dibagi.

Sedangkan rizki yang dimiliki atu Mamluk adalah harta benda dunia yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk dia miliki. Dan ini termasuk rezeki dari Allah. Maka tidak heran banyak orang yang tidak ibadah bahkan kafir, tapi tidak kurang rizkinya bahkan berlimpahrua. Allah berfirman:

... اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰكُمۡ....
“Belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” (QS Al-Baqarah : 254).

Adapun rizki yang dijanjikan (Mau'ud) adalah segala apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan syarat ketakwaan, sebagai rezeki yang halal, tanpa didahului oleh usaha yang bersusah payah seperti ayat surat Ath-Thalaq di awal tadi.

Itulah beberapa rizki yang telah dikelompokkan oleh Imam Ghazali, dari sana kita memahami bahwa memang ada yang telah menjadi ketentuan Allah secara pasti ada juga rizki yang diperoleh sesuai kadar usaha kita dan itupun tentu atas izin Allah, juga ada rizki yang didapat sebagai reward ketakwaan kita kepada Allah Ta'ala. Semoga adalah pengaturan (Tadbir) dari Allah agar kita selalu mensyukuri apa yang telah dirizkikan oleh Allah. Sehat, ketenangan, keharmonisan keluarga, ilmu, kesempatan ibadah dan lain sebagainya itupun juga rizki yang Allah berikan kepada kita. Wallahu Ta'ala 'Alam

Disarikan dari Kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali..

Penulis. Kabir Al Fadly H

Read 35014 times Last modified on Wednesday, 02 March 2022 12:03

Cari

Pengunjung

14977429
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
2497
14862125
205548
14977429

Your IP: 18.97.14.90
2025-02-15 16:49

Instagram