Filosofi Santri dalam memaknai Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-77 tahun 2022 yang bertemakan "Pulih lebih cepat, Bangkit lebih kuat" adalah bagaimana kami seorang santri mampu dalam mengatasi ataupun mencegah hawa nafsu ketika berada di lingkungan pesantren ataupun diluar pondok. Karena, kami sebagai santri memiliki peran penting dalam tonggak kemerdekaan Indonesia salah satunya mulai dari hal terkecil ialah melawan hawa nafsu.
Dzulhijjah telah berlalu. Tanpa terasa bulan Muharram kembali menyapa. Pertanda bahwa tahun baru Hijriyah telah tiba. Tidak sedikit umat Muslim di berbagai tempat dan daerah menyambut Muharram dengam bermacam-macam kegiatan seperti pengajian, istighosah, khotmil qur’an dan kegiatan positif lainnya. Perayaan tersebut tentunya juga tidak terkecuali bagi seluruh santri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 2 Batuceper, Tangerang.
Berangkat dari Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober, sebagai mana merunut ke catatan sejarah, taggal 22 Oktober diambil dari sebuah kejadian mahadahsyat yang menjadi pemantik terjadinya peristiwa 10 November 1945. Dibawah pimpinan Hadrotussyaikh Romo KH. Hasyim Asy’ari ribuan santri menyatakan Resolusi Jihad, dan “turun gunung” angkat senjata dalam melawan tentara NICA, ribuan santri syahid dalam Resolusi Jihad 22 Oktober itu.
Nabi Muhammad SAW adalah merupakan nabi penutup diantara para nabi-nabi, tidak ada lagi setelahnya, hal itu diimani muslim berdasarkan tuntutan agama yang sulit untuk terbantahkan. Rasulullah SAW bersabda : “permisalan antara aku dan nabi-nabi yang datang sebelum diriku adalah bagaikan seorang laki-laki yang membangun sebuah bangunan, lalu menghiasnya dan memperindahnya kecuali (ia tinggalkan) sebuah lobang satu batu bata di salah satu sudutnya, lalu orang-orang melihat sekelilingnya dan merasa takjub sampai-sampai (melihat lubang itu) mereka berkata, ‘kenapa tidak ditutupi sebuah lobang ini dengan satu batu bata?’ maka , aku adalah batu bata terakhir itu dan aku adalah nabi terakhir”.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari-hari berlalu begitu saja meninggalkan dan menggilas kita di belakangnya. Pun dengan Ramadhan yang kian menipis harinya dan lambat laun akan benar-benar pergi meninggalkan kita kembali. Separuh lebih waktunya telah terlewati dan alhamdulillah hingga saat ini kita masih diberi usia tuk bisa menjamu Ramadhan, mudah-mudahan hingga akhirnya.
© Copyright 2021 Asshiddiqiyah 2 Tangerang